Diskusi pada hari ini bukanlah diskusi kami
biasanya. Kali ini kami mengikuti
diskusi bersama sebuah tokoh terkenal, namanya Acil Bimbo. Bapak Acil ini, ada untuk mengajak kita
berdiskusi mengenai budaya Indonesia yang makin lama kelihatannya makin tersingkir di dalam negara
sendiri. Saat mau masuk kedalam gedung
diskusi, kita bisa melihat-lihat dulu berbagai barang yang dipajang
disana. Benda-benda itu menceritakan
tentang bank saat dulu. Disana juga
ada gambar timeline dari zaman ke
zaman. Tentang ibu Inggit Garnasih,
tentang laihrnya Sarekat islam, Tjokroaminoto, dan lain-lain. Di lantai bawahnya juga ada banyak foto-foto
masa lalu. Foto tentang masyarakat, foto
keterangan, foto kenangan,dan lain-lain.
Di dekat tempat diskusi, kita disuguhi banyak informasi tentang
alun-alun. Rute untuk berkeliling
Bandung kota lama, sejarahnya, dan lain-lain.
Saat sampai waktunya
untuk berdiskusi, kita semua langsung mencari tempat duduk. Banyak yang datang pada acara ini, jadinya
ada juga yang berdiri. Saat baru
dimulai, diperlihatkan film kecil tentang orang-orang yang sedang membersihkan
tugu-tugu kecil di pinggir jalan. Usaha
yang mereka berikan memang sangat bagus.
Dari yang asalnya sudah kotor dan hampir tidak kelihatan, sekarang jadi
bagus dan kinclong, baru. Akhir dari
film itu menandakan awal mulanya diskusi kita.
Sebenarnya kalau mau dibilang diskusi itu tidak terlalu masuk. Lebih ke arah pak Acil yang sedang
memberitahu kita tentang rapuhnya budaya kita sekarang ini. Bagaimanapun, ini membuatku mendapatkan
pengetahuan baru, dan bisa berpikir lebih jauh tentang apa yang sebaiknya
dilakukan Indonesia apabila mendapatkan hal yang seperti ini lagi.
Yang paling bagus
menurutku berasal dari bapak Hernawan, atau siapa dia itu, aku lupa. Tapi poinnya sangat bagus. Karena menceritakan tentang negara Indonesia
yang terlalu menerima budaya barat.
Seharusnya kita bisa seperti negara-negara asia lainnya yang bisa
mengembangkan industri film negara sendiri.
Misalnya Korea, mereka membuat hukum yang menyatakan kalau ada 1 film
barat yang masuk ke Korea, 2 film Korea harus dibuat. Dengan begini, lama kelamaan orang-orang
pasti akan menonton film Korea sampai-sampai film barat porsinya jauh lebih
kecil daripada film Korea. Indonesia
harusnya juga bisa seperti itu. kita
harus bisa mendukung industri kreatif negara sendiri. Apalagi yang mendukung budaya kita. Kita bisa seperti negara-negara asia tadi,
hanya saja start kita yang agak terlambat.
Tapi aku yakin, pada suatu hari di masa yang akan datang, industri film
Indonesia bisa sama majunya dengan industri-industri negara lain.
No comments:
Post a Comment