Tuesday, March 31, 2015

Fish Bowl-2

Fish bowl discussion-2
Fishbowl discussion kedua ini sekarang menceritakan tentang apa yang akan kau lakukan apabila memiliki sebuah kesempatan untuk berpindah kewarga-negaraan.  Nah, karena hal ini menyangkut status kehidupan dan kebudayaan seseorang, isu ini menjadi salah satu isu yang menarik di kelas kita saat ada diskusi ‘mangkuk ikan’. 
Ceritanya adalah pada suatu kesempatan, jika kita bisa berpindah kewarga-negaraan, apakah kalian mau mengambilnya?  Dan jika ya mengapa, dan jika tidak mengapa?  Diskusi yang satu ini merupakan salah satu diskusi yang paling sengit, karena menyangkut bagaimana pemahaman kita akan sebuah perubahan budaya dan fasilitas apa yang kita dapatkan dari hal itu.  Banyak orang yang setuju untuk pindah negara, banyak juga yang tidak.  Selain hal itu, banyak orang yang mempunyai pendapat yang keren-keren dan dalam-dalam.  Semuanya sangat bagus dan keren.
Salah satu pendapat yang sangat bagus adalah dari Cissy.  Yaitu adalah tentang pendidikan yang didapat.  Dia berkata kalau pendidikan yang ada di Indonesia itu masih kurang bagus, makanya jika kita mau mengambil pendidikan yang lebih bagus daripada di Indonesia, lebih baik kita pergi ke Finlandia.  Kalau ini aku juga setuju, karena untuk masalah pendidikan, semua orang pasti akan pindah kenegaraan demi itu.  pendapat lainnya yang bagus juga adalah dari Bintang.  Dia tidak setuju dengan pindahnya orang dari negara Indonesia.  Dia memiliki alasan yang bagus pula, yaitu kalau di Indonesia ini, kita memiliki banyak budaya yang beragam dan berbeda-beda.  Keberagaman ini harusnya menjadi sebuah kebanggaan yang kita miliki disini.  Yang terakhir menurutku yang bagus adalah, pendapatku sendiri.  Banyak orang bilang kalau negara kita ini rentan terhadap serangan-serangan dari negara luar.  Nah, hal ini tidak mungkin bisa dilakukan, kaena Indonesia punya beragam mekanisme pertahanan yang tidak bisa mereka tandingi.  Yang kesatu, adalah Indonesia mempunyai pasukan gerilya paling mengerikan, yaitu anak SMA yang suka tawuran.  Kedua, dukun-dukun.  Dan yang ketiga, pasukan Kopassus kita yang dapat meretakkan, meluluhlantakkan musuh kita di pertempuran dalam hutan. 

Sekarang, aku juga ingin membalikkan pertanyaan itu kepada kalian.  Apa yang mau kalian lakukan, bila mendapatkan kesempatan ini?

Pertemuan bersama seorang petualang


Namanya adalah Opa Felix.  Opa Felix adalah salah satu Narasumber di kelas kami.  Opa Felix adalah seorang tour guide.  Bukan hanya sembarang tour guide, tapi seorang tour guide yang juga merangkap menjadi seorang budayawan juga.  Penampilannya yang eksentrik juga menarik perhatian kami di pertemuan bersama narasumber kali ini.  Sejarah yang dimiliki Opa Felix juga cukup unik dan panjang.  Karena, ia sendiri yang bilang, kalau dulu dia adalah anak yang sangat nakal.  Dahulu dia pernah pergi naik kereta api ke Lembang sendirian karena ia penasaran dengan perasaan naik kereta api. 
Keberadaan Opa Felix diantara kami membawa kesenangan tersendiri.  Ia datang ke tempat kita untuk memberikan saran saat kami berjalan di Semarang nanti.  Ia juga menceritakan tentang Lasem dan bagaimana keadaan kota Lasem, juga suasananya.  Yang ia bilang waktu itu adalah Lasem itu kota yang cukup sepi.  Meskipun panas, tapi tetap adem.  Disana masyarakat Tionghoa kelihataannya lebih banyak daripada keberadaan masyarakat lokal Jawa.  Hal ini disebabkan karena Lasem adalah kota yang berada dekat dengan laut, jadinya pasti akan ada pedagang-pedagang Cina yang datang menuju kota ini.  Perjalanan menuju kota ini dari Bandung, ia bilang sekitar 8-9 jam.  Memang lama dari Bandung ke Lasem, tapi saat disana pasti enak rasanya. 
Kekreatifan Opa Felix terlihat dari caranya berpakaian dan berjalan-jalan.  Ia lebih senang menaiki kendaraan umum daripada pribadi.  Karena menurutnya, jika kita naik kendaraan umum, bukan kita yang harus menyetir, melainkan orang lain.  Enaknya dari angkutan umum adalah yang capek pasti sang supir, bukan kita, jadi masih bisa bersantai dan tidur, tapi jangan sampai kelupaan tempat tujuan juga.  Kalau kita misalnya mau pergi untuk perjalanan meneliti tentang agama, Lasem bisa menjadi kota yang tepat.  Karena lokasinya ini, orang-orang di Lasem sangatlah beragam, karena keberagaman orang, maka agama pun, akan semakin beragam pula.  Disini ada Vihara, Pesantren, gereja, dan Kelenteng.  Jadi, kalau misalnya kita sedang mempunyai tugas penelitian tentang agama, Lasem akan menjadi tempat yang tepat.

Keunikan Opa Felix tidak berhenti disitu.  Dia sering membuat peralatan yang kadang terkesan tua dan sudah jadul tapi masih bisa dipakai.  Misalnya saja, dia sangat suka merokok, jadi untuk itu, dia membawa batu api untuk menyalakan rokoknya, sungguh unik-lah dia!   

 -Foto bersama kami dengan Opa Felix-

Sunday, March 8, 2015

Diskusi

Berdiskusi dengan teknik “Fishbowl”
Di sekolahku sekarang, kita sedang seru-serunya dengan sebuah metode diskusi baru yang bernama Fishbowl discussion.  Fishbowl discussion memiliki sebuah sistem yang dapat membuat semua orang memiliki ruang untuk bersuara dan didengar.  Diskusi kami kali ini adalah tentang Akulturasi dan Asimilasi dari jalan tua di Jawa atau Oudweg untuk sebutan kerennya.  Sistem dari Fishbowl dimulai dengan sebuah pertanyaan yang nanti bisa dikembangkan lebih lanjut.  Pertanyaan itu adalah “Lebih banyak mana, positif atau negatif dari jalan tua?”  salah satu jawaban yang bagus datang dari Bintang, teman sekelas-ku.  “Selain dari banyaknya korban, salah satu kekurangannya adalah dari sisi alam”.  Memang benar menurut saya kalau salah satu kekurangan dari jalan itu adalah memakan korban yang cukup banyak dan merusak alam karena selain harus menebang pohon untuk membuka jalan, pohon juga dibutuhkan untuk melebarkan dan membuat jalur kereta api.  Jalur rel kereta api sendiri juga membutuhkan banyak sumber daya alam besi yang memakan korban juga dalam pencariannya. 

Keseruan lainnya juga datang saat temanku Trystan mengulang dan memperbaiki kembali pernyataan dari temanku yang lainnya, yang menyatakan kalau dulu bahasa Internasional adalah bahasa Inggris.  Trystan menjawabnya dengan berkata kalau bahasa Internasional pada zaman dahulu bukanlah bahasa Inggris, melainkan bahasa Latin.  Pernyataan ini merupakan salah satu pernyataan palin “panas” dan cukup “membakar” Franklin karena itu meluluh lantakannya.  Seisi kelas langsung tertawa terbaak-bahak karena pernyataan dari Trystan mengharuskan Franklin untuk “menaruh es ke bagian yang terbakar”.  Hal inilah yang membuat diskusi fishbowl menjadi seru.  Pernyataan lain yang menurutku lumayan penting yaitu salah satu bukti dari Akulturasi yang didatangkan oleh Daendels semasa pembuatan jalan tua.  Pernyataan dan bukti yang diberikan berasal dari Alanna, yaitu pada saat dibuatnya jalur kereta api.  Pada saat jalur kereta api selesai dibangun, kereta api pun, berdatangan kedalam Jawa.  Pada saat itu bahasa dari kereta api dari Belanda adalah Spoor, atau kereta api.  Masyarakat Jawa mendengarnya dengan kata lain, yaitu Sepur atau kereta api juga artinya.  Hal ini merupakan salah satu bentuk Akulturasi dari Daendels.  Salah satu bentuk Akulturasi yang dibawa Daendels berasal dari pernyataan Ray yang menceritakan bahwa pada saat waktu itu, masyarakat Sunda masih makan di tangan bukan di meja, Daendels merubah itu menjadi memakan di tangan dan di meja pada saat yang bersamaan.