Berdiskusi dengan teknik
“Fishbowl”
Di sekolahku sekarang,
kita sedang seru-serunya dengan sebuah metode diskusi baru yang bernama
Fishbowl discussion. Fishbowl discussion memiliki sebuah
sistem yang dapat membuat semua orang memiliki ruang untuk bersuara dan
didengar. Diskusi kami kali ini adalah
tentang Akulturasi dan Asimilasi dari jalan tua di Jawa atau Oudweg untuk sebutan kerennya. Sistem dari Fishbowl dimulai dengan sebuah
pertanyaan yang nanti bisa dikembangkan lebih lanjut. Pertanyaan itu adalah “Lebih banyak mana, positif
atau negatif dari jalan tua?” salah satu
jawaban yang bagus datang dari Bintang, teman sekelas-ku. “Selain dari banyaknya korban, salah satu
kekurangannya adalah dari sisi alam”.
Memang benar menurut saya kalau salah satu kekurangan dari jalan itu
adalah memakan korban yang cukup banyak dan merusak alam karena selain harus
menebang pohon untuk membuka jalan, pohon juga dibutuhkan untuk melebarkan dan
membuat jalur kereta api. Jalur rel kereta
api sendiri juga membutuhkan banyak sumber daya alam besi yang memakan korban
juga dalam pencariannya.
Keseruan lainnya juga
datang saat temanku Trystan mengulang dan memperbaiki kembali pernyataan dari
temanku yang lainnya, yang menyatakan kalau dulu bahasa Internasional adalah bahasa
Inggris. Trystan menjawabnya dengan
berkata kalau bahasa Internasional pada zaman dahulu bukanlah bahasa Inggris,
melainkan bahasa Latin. Pernyataan ini
merupakan salah satu pernyataan palin “panas” dan cukup “membakar” Franklin
karena itu meluluh lantakannya. Seisi kelas
langsung tertawa terbaak-bahak karena pernyataan dari Trystan mengharuskan
Franklin untuk “menaruh es ke bagian yang terbakar”. Hal inilah yang membuat diskusi fishbowl
menjadi seru. Pernyataan lain yang menurutku
lumayan penting yaitu salah satu bukti dari Akulturasi yang didatangkan oleh
Daendels semasa pembuatan jalan tua. Pernyataan
dan bukti yang diberikan berasal dari Alanna, yaitu pada saat dibuatnya jalur
kereta api. Pada saat jalur kereta api
selesai dibangun, kereta api pun, berdatangan kedalam Jawa. Pada saat itu bahasa dari kereta api dari
Belanda adalah Spoor, atau kereta
api. Masyarakat Jawa mendengarnya dengan
kata lain, yaitu Sepur atau kereta
api juga artinya. Hal ini merupakan
salah satu bentuk Akulturasi dari Daendels.
Salah satu bentuk Akulturasi yang dibawa Daendels berasal dari
pernyataan Ray yang menceritakan bahwa pada saat waktu itu, masyarakat Sunda masih
makan di tangan bukan di meja, Daendels merubah itu menjadi memakan di tangan
dan di meja pada saat yang bersamaan.
No comments:
Post a Comment