Sunday, March 8, 2015

Diskusi

Berdiskusi dengan teknik “Fishbowl”
Di sekolahku sekarang, kita sedang seru-serunya dengan sebuah metode diskusi baru yang bernama Fishbowl discussion.  Fishbowl discussion memiliki sebuah sistem yang dapat membuat semua orang memiliki ruang untuk bersuara dan didengar.  Diskusi kami kali ini adalah tentang Akulturasi dan Asimilasi dari jalan tua di Jawa atau Oudweg untuk sebutan kerennya.  Sistem dari Fishbowl dimulai dengan sebuah pertanyaan yang nanti bisa dikembangkan lebih lanjut.  Pertanyaan itu adalah “Lebih banyak mana, positif atau negatif dari jalan tua?”  salah satu jawaban yang bagus datang dari Bintang, teman sekelas-ku.  “Selain dari banyaknya korban, salah satu kekurangannya adalah dari sisi alam”.  Memang benar menurut saya kalau salah satu kekurangan dari jalan itu adalah memakan korban yang cukup banyak dan merusak alam karena selain harus menebang pohon untuk membuka jalan, pohon juga dibutuhkan untuk melebarkan dan membuat jalur kereta api.  Jalur rel kereta api sendiri juga membutuhkan banyak sumber daya alam besi yang memakan korban juga dalam pencariannya. 

Keseruan lainnya juga datang saat temanku Trystan mengulang dan memperbaiki kembali pernyataan dari temanku yang lainnya, yang menyatakan kalau dulu bahasa Internasional adalah bahasa Inggris.  Trystan menjawabnya dengan berkata kalau bahasa Internasional pada zaman dahulu bukanlah bahasa Inggris, melainkan bahasa Latin.  Pernyataan ini merupakan salah satu pernyataan palin “panas” dan cukup “membakar” Franklin karena itu meluluh lantakannya.  Seisi kelas langsung tertawa terbaak-bahak karena pernyataan dari Trystan mengharuskan Franklin untuk “menaruh es ke bagian yang terbakar”.  Hal inilah yang membuat diskusi fishbowl menjadi seru.  Pernyataan lain yang menurutku lumayan penting yaitu salah satu bukti dari Akulturasi yang didatangkan oleh Daendels semasa pembuatan jalan tua.  Pernyataan dan bukti yang diberikan berasal dari Alanna, yaitu pada saat dibuatnya jalur kereta api.  Pada saat jalur kereta api selesai dibangun, kereta api pun, berdatangan kedalam Jawa.  Pada saat itu bahasa dari kereta api dari Belanda adalah Spoor, atau kereta api.  Masyarakat Jawa mendengarnya dengan kata lain, yaitu Sepur atau kereta api juga artinya.  Hal ini merupakan salah satu bentuk Akulturasi dari Daendels.  Salah satu bentuk Akulturasi yang dibawa Daendels berasal dari pernyataan Ray yang menceritakan bahwa pada saat waktu itu, masyarakat Sunda masih makan di tangan bukan di meja, Daendels merubah itu menjadi memakan di tangan dan di meja pada saat yang bersamaan.

No comments:

Post a Comment