Peristiwa Singaparna
adalah peristiwa pemberontakan santri pesantren Sukaamanah. Pemberontakan ini dipimpin oleh Kiai Haji
Zainal Mustafa. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 26 Februari 1944. Pasukan pemberontakan yang hanya
bersenjatakan golok, parang, dan bambu runcing, melawan tentara jepang yang
bersenjata lengkap. Hal ini sangatlah
tidak adil, tetapi, para santri dengan semangat Jihad, maju berperang tanpa
gentar. Peristiwa ini bermula karena
pengikut Kiai Haji Zainal Mustafa, menculik beberapa petinggi jepang, memutus
kabel telepon Jepang, dan membebaskan tawanan politik jepang. Karena tindakannya ini, Jepang mengirim 2
utusan untuk merundingkan permasalahan ini.
Karena tindakan utusan Jepang yang berlaku kasar, para santri kemudian
menyerang, menyiksa, dan menawan mereka.
Kejadian ini berakibat tewasnya salah satu utusan tersebut. Satu utusan lagi dibiarkan hidup agar
memberikan ultimatum kepada Jepang untuk menyerahkan Jawa. Jepang menjawab ultimatum ini dengan mengirim
tentara mereka untuk menyerang dan menawan para pengikut Kiai Haji Zainal
Mustafa. Kejadian ini berakibat melayangnya
84 jiwa para santri dan kiai, termasuk Kiai Haji Zainal Mustafa.
Peristiwa ini penting
karena peristiwa ini adalah salah satu titik dimana Indonesia akhirnya memilih
untuk bangkit dengan cara memberontak secara fisik. Peristiwa ini membuat para penjajah tahu
kalau harga kemerdekaan Indonesia sangatlah tinggi dan patut dihargai dengan
bayaran nyawa. Nyawa dari para pejuang
yang telah gugur haruslah diperingati karena hanya dengan berbekal semangat
yang membara para pendahulu kita berani melawan Jepang yang sangat kuat. Senjata kita masa itu memang tidak sehebat
Jepang, tetapi semangat untuk kemerdekaan kita sangatlah hebat. Pendorong
terbesar manusia adalah rasa untuk bebas dan merdeka.
Kalau peristiwa ini
tidak terjadi, mungkin tawanan politik yang dibebaskan oleh pengikut Zainal
Mustafa tidak dapat membantu Soekarno dalam masa kemerdekaan dan saat
pembentukan Indonesia. Contoh semangat
membara dari para santri juga tidak terlihat.
Jepang mungkin tidak takut kepada Indonesia karena berpikir kalau
Indonesia saat itu tenang terus, pastinya Jepang tidak memiliki ancaman akan
posisinya di Indonesia.
No comments:
Post a Comment