Monday, January 19, 2015

Peristiwa Singaparna


Peristiwa Singaparna adalah peristiwa pemberontakan santri pesantren Sukaamanah.  Pemberontakan ini dipimpin oleh Kiai Haji Zainal Mustafa. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 26 Februari 1944.  Pasukan pemberontakan yang hanya bersenjatakan golok, parang, dan bambu runcing, melawan tentara jepang yang bersenjata lengkap.  Hal ini sangatlah tidak adil, tetapi, para santri dengan semangat Jihad, maju berperang tanpa gentar.  Peristiwa ini bermula karena pengikut Kiai Haji Zainal Mustafa, menculik beberapa petinggi jepang, memutus kabel telepon Jepang, dan membebaskan tawanan politik jepang.  Karena tindakannya ini, Jepang mengirim 2 utusan untuk merundingkan permasalahan ini.  Karena tindakan utusan Jepang yang berlaku kasar, para santri kemudian menyerang, menyiksa, dan menawan mereka.  Kejadian ini berakibat tewasnya salah satu utusan tersebut.  Satu utusan lagi dibiarkan hidup agar memberikan ultimatum kepada Jepang untuk menyerahkan Jawa.  Jepang menjawab ultimatum ini dengan mengirim tentara mereka untuk menyerang dan menawan para pengikut Kiai Haji Zainal Mustafa.  Kejadian ini berakibat melayangnya 84 jiwa para santri dan kiai, termasuk Kiai Haji Zainal Mustafa.
Peristiwa ini penting karena peristiwa ini adalah salah satu titik dimana Indonesia akhirnya memilih untuk bangkit dengan cara memberontak secara fisik.  Peristiwa ini membuat para penjajah tahu kalau harga kemerdekaan Indonesia sangatlah tinggi dan patut dihargai dengan bayaran nyawa.  Nyawa dari para pejuang yang telah gugur haruslah diperingati karena hanya dengan berbekal semangat yang membara para pendahulu kita berani melawan Jepang yang sangat kuat.  Senjata kita masa itu memang tidak sehebat Jepang, tetapi semangat untuk kemerdekaan kita sangatlah hebat. Pendorong terbesar manusia adalah rasa untuk bebas dan merdeka.

Kalau peristiwa ini tidak terjadi, mungkin tawanan politik yang dibebaskan oleh pengikut Zainal Mustafa tidak dapat membantu Soekarno dalam masa kemerdekaan dan saat pembentukan Indonesia.  Contoh semangat membara dari para santri juga tidak terlihat.  Jepang mungkin tidak takut kepada Indonesia karena berpikir kalau Indonesia saat itu tenang terus, pastinya Jepang tidak memiliki ancaman akan posisinya di Indonesia.     

No comments:

Post a Comment